Rabu, 16 April 2008

Kembali ke Kemurnian Da’wah>

Kembali ke Kemurnian Da’wah

Sebuah nasehat dari Imam Hasan Al Bana, mengawali renungan tentang penting dan mutlaknya da’wah bagi pribadi-pribadi muslim. Beliau mengatakan :”Wahai ikhwan, jika antum tidak bersama dengan da’wah, maka da’wah tidak akan pernah bersama antum. Dan jika da’wah tidak bersama antum, maka ia akan bersama dengan yang lain dan mereka adalah orang yang lebih baik dari antum.” Maukah kita tersingkir dari orang-orang pilihan?
Adalah aneh bila ada seorang da’i mengalami futur, nyebrang ke jalan lain, bahkan sangat aneh jika suatu saat ia bersikap kontra produktif dengan harokah da’wah yang sebelumnya ia berada di dalamnya.
Da’wah memang bukanlah jalan yang mudah untuk ditempuh. Seorang da’i pasti akan banyak menemui hambatan-hambatan di dalamnya, baik dari orang-orang kafir, musyrik, dan munafik bahkan dari orang-orang yang meng-klaim dirinya sebagai “Muslim Pembela dan Penegak Sunnah Rosul” pun menjadi hambatan da’wah. Merupakan tantangan bagi da’i sejati untuk melawan berbagai hal yang merupakan bid’ah, menyesatkan, mengharamkan dan menyalahkan serta menghujat kepada mereka-mereka yang pekerjaan sehari-harinya menentang da’wah ini. Sejatinya, tugas seorang da’i dan barisan mujahid adalah menegakkan Al Haq dan Hancurkan Al Bathil. Menegakkan cahya islam adalah emban yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Mengajak dengan hikmah, menyampaikan kebenaran. Menunjukkan kejelasan jalan yan menghantarkan manusia menuju kemuliaan hidup sebgai hamba-hamba Allah Rabbul ‘aalamin yang beriman. Maka akan sangat disayangkan dan layak dipertanyakan jika suatu saat nanti seorang mujahid hanya duduk terdiam seribu bahasa saat kemungkaran, kebathilan, dan kekufuran terlihat jelas di depan mata dan di depan hidung mereka. Sangat mengkhawatirkan jika kader da’wah malah terpesona bujukan gemerlap duniawi. Ironi, jika kader-kader da’wah lemah dalam membentengi diri dan ruhiyahnya, malah terpesona dan terpedaya yang pada akhirnya menjadi bagian barisan Al Bathil.
Para kader-kader da’wah juga musti menyadari akan adanya gangguan-gangguan dan godaan yang melumuri jalan da’wah. Ketika para aktivis da’wah melihat perjalanna yang masih panjang, dan semangat melemah, kekuatan menurun dan cita-cita merendah, atau bahkan lambat laun kewajiban-kewajiban da’wah dilupakan sehingga komirtmen terhadap dakwah semkin redup, maka kader da’wah sejati musti menyadari bahwa ini seuan adalah bisikan dari syetan yang sejatinya sudah bosan dan melemah dalam membujuk kita. Keadaran tentang inilah…! Yang menjadi harapan musuh-musuh da’wah. Mereka selalu menanamkan sikap putus asa dalam barisan para mujahid dan membuat peran aktivis seakan-akan memahat di atas air, sehingga para aktivis berjatuhan, gugur di jalan da’wah satu persatu, minimal peran meraka semkin berkurang. Diperlukan adanya charge ulang, upaya untuk memperbaharui kondisi ini, komitmen untuk kembali jujur kepada jalan da’wah yang telah kita yakini kebenarannya.
Suatu kewajiban bagi kader-kader da’wah untuk selalu mengibarkan da’wah itu sendiri. Ke sekelilingnya. Mutlak, tak dapat ditawar-tawar lagi. Tugas ini mulia; menyampaikan risalahNya. Tujuan pokok yang mesti tercapai; berjuang mengalihkan ummat dari kegelapan menuju cahay islam. Berda’wah dengan segala sifat dasarnya, dan istiqomah dalam memegang prinsip da’wah. Berda’wah menyampaikan kebenaran, tanpa tertutupi selaput sedikitpun. Ini adalah perintah Allah secara langsung :
“ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Attaubah : 119). Dan kebenaran yang paling tinggi adalah tetap memegang sumpah setia (Rukun Baiat) dan menunaikan janji (sesuai dengan karakter kader sejati) dengan tetap menggenggam da’wah hingga titik darah penghabisan. Dan, kebenaran adalah tegaknya amalan-amalan tersebut atas dasar muwashofat kader sejati dengan penuh keikhlasan, kesungguhan dan kesudahan pengerahan kemampuan yang maksimal. Merealisasikan kebenaran dalam berjanji dengan Allah untuk tetap teguh dalam da’wah hingga meraih syahadah. ”Diantara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)”.(Al Ahzab : 23).
Sebagai motivasi, perlu untuk senantiasa diingat balasan yang tinggi bagi mereka yang tetap istiqamah di jalan da’wah ini, hingga ajal menjemput. Allah berfirman :” Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya; Allah ridha terhadapnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Al Maidah : 119). Dan sebaliknya akibat dan hukuman yang akan dikenakan terhadap orang-orang yang dusta dalam hidupnya. Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-oramg yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tenmpat bagi orang-orang ynag menyombongkan diri ?” (Az Zumar : 60). Betapa kita mendambakan tampilan kader-kader da’wah yang bisa berpegang komit; istiqomah dengan kebenaran dan sejatinya da’wah dalam segala situasi dan kondisi apapun, sehingga da’wah ini akan memberikan kebaikan dan keberkahan bagi umat islam. Sudah saatnya kita merefleksi sejauh mana tingkat kesungguhan keistiqomahan kita dalam melanjutkan estafet kemurnian da’wah.[]
paddy's as-salam!!!

Tidak ada komentar: